Nama : Vica Haristantia
NPM : 17212568
Kelas : 3EA25
Orang Indonesia Bergantung
pada Smartphone
Sebagai negara yang jumlah
penduduknya mencapai seperempat miliar jiwa, tidak mengherankan jika Indonesia
berada di urutan teratas pengguna smartphone. Namun, apa jadinya jika penduduk
Indonesia dalam melakukan aktivitas sehari-hari sangat bergantung pada gadget-nya?
Google merilis riset yang
dilakukan Barometer Konsumen bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres (TNS)
menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan di dunia bisnis informasi teknologi
(IT). Dalam satu tahun, masyarakat Indonesia mengalami pertumbuhan cepat dalam
mengadopsi smartphone, yakni dari 14 persen menjadi 28 persen. "Sekitar 88
persen orang Indonesia memiliki ponsel. Di masa depan adalah masuk akal jika
semua ponselnya akan berupa smartphone," kata Account Strategist Google Indonesia
Ricky Tjok.
Indonesia juga merupakan
salah satu dari 12 negara di dunia yang penggunaan smartphone lebih tinggi
daripada penggunaan komputer dengan perbandingan 28 persen berbanding 15
persen. Ricky menambahkan, dari 62 persen pemakai ponsel pintar di Tanah Air
yang disurvei mengatakan bahwa mereka hanya menggunakan smartphone dan tidak
ada alat lain untuk mengakses internet.
Saat ini Indonesia menempati
salah satu peringkat teratas di dunia tentang akses internet eksklusif dari
smartphone, yakni peringkat pertama di Asia dan peringkat ketiga di dunia.
Studi yang diselenggarakan TNS juga menunjukkan, 66 persen orang Indonesia yang
berbelanja akan meriset produk menggunakan smartphone sebelum membeli.
Tak hanya itu, 42 persen
masyarakat Indonesia mendengarkan dan memutar musik melalui smartphone. Bahkan,
setidaknya 59 persen masyarakat Indonesia mencari informasi minimal satu kali
dalam sebulan dengan menggunakan ponsel mereka.
1. Perilaku online
Riset Barometer Konsumen
yang mengamati perilaku online secara umum juga menunjukkan angka yang tak
kalah luar biasa. Tiket pesawat adalah pembelian online paling populer bagi
orang Indonesia, di mana 24 persen peserta mengakui bahwa tiket pesawat
terakhirnya dibeli secara online.
Kategori lain yang menempati
posisi popular berbelanja melalui online adalah pembelian pakaian yang mencapai
13 persen, hotel 12 persen, dan ponsel 12 persen. "Dengan hampir sepertiga
orang Indonesia memakai smartphone, perusahaan dituntut untuk dapat 'bertemu'
dengan pelanggan melalui perangkat pintar," ujar Ricky.
Dia menambahkan, di
Indonesia, pergerakan menuju seluler telah terjadi dan tidak dapat diabaikan.
Karena itu, pebisnis yang cermat perlu mengejar kemajuan pelanggan agar tetap
relevan dalam lingkungan yang semakin cepat ini.
Mantan ketua Asosiasi
Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) Sarwoto Atmosutarno mengomentari
tingginya pertumbuhan penggunaan smartphone di Tanah Air. Menurut dia, pasar
ponsel pintar umumnya didominasi oleh social media user dan anak muda. Mereka
yang mendorong user experience dalam hal kenyamanan.
Menurut Sarwoto, harga tidak
menjadi hambatan bagi konsumen karena produsen Cina siap menjual smartphone
dengan harga 50 dolar AS per unit, bahkan bisa lebih murah. Harga yang
terjangkau tersebut sangat berpengaruh pada daya beli masyarakat Indonesia.
"Operator juga bisa
kasih bandwidth murah karena volume besar. Jadi wajarlah kalau pertumbuhan
smartphone di Indonesia pesat," katanya. Lebih jauh
Sarwoto menjelaskan dampak yang timbul dengan pertumbuhan pemakaian smartphone,
yakni infrastruktur ICT membutuhkan bandwidth besar. Hal ini diharapkan
bisa didorong ke arah pemakaian yang produktif dan bukan sebaliknya. Perbaikan
bandwidth ini juga harus mulai dilakukan sejak usia dini.
Pembatasan jenis content
juga perlu dilakukan secara berjenjang dan berlanjut, terutama oleh orang tua,
sekolah, komunitas, dan tempat kerja. Selain itu, penting agar ICT dan
smartphone diarahkan untuk menunjang proses demokratisasi yang sehat. Hal itu tak
lepas dari semua orang yang mempunyai medianya sendiri secara personal. Belum
lagi ekonomi tumbuh dengan sangat pesat di era ekonomi digital. "Dampak
negatif siber juga harus bisa diantisipasi, seperti kejahatan, plagiarisme,
ajaran sesat, terorisme, dan lainnya," tambahnya.
Sementara itu, pengamat
teknologi komunikasi dari ICT Studies, Heru Sutadi, mengungkapkan, harga yang
murah dengan fitur yang lengkap menjadi alasan perkembangan smartphone begitu
pesat setiap tahunnya. Lebih banyaknya smartphone yang digunakan daripada
populasi yang ada menunjukkan bahwa pengguna memfungsikan smartphone untuk
berbagai kebutuhan.
"Smartphone saat ini
bukan hanya untuk bergaya saja, tetapi juga sudah digunakan untuk penunjang
pekerjaan," katanya. Hal itu tak terlepas dari fungsi ponsel
pintar yang kini sudah bisa menggantikan fungsi personal computer (PC). Meski
begitu, tidak semua orang bisa meninggalkan PC lantaran belum semua fungsi PC
bisa dijalankan di smartphone.
2. Indonesia Masuk 5
Besar Negara Pengguna Smartphone
Pengguna ponsel pintar di Indonesia
terus meningkat. Bahkan, sebuah lembaga riset menyebutkan bahwa Tanah Air
berada di peringkat kelima dalam daftar pengguna smartphone terbesar di dunia. Data tersebut
dilansir oleh analis kawakan Horace H. Dediu melalui blognya, asymco.com. Di
situ tertulis jika populasi Android telah lebih 1 miliar, sedangkan iOS
mencapai 700 juta.
Selain data soal populasi jenis sistem
operasi, Dediu juga juga mengurutkan negara mana saja yang memiliki jumlah
pengguna smartphone terbesar. Posisi pertama jelas diduduki oleh
China. Dengan populasi lebih dari 1 miliar penduduk, Nnegeri Tirai Bambu
memiliki jumlah pengguna smartphone terbesar, mencapai 422 juta. Di bawah China, ada Amerika Serikat dengan jumlah
pengguna mencapai 188 juta. Tepat di urutan ketiga dan selanjutnya adalah
India, Brazil dan Jepang. Dalam
data tersebut disebutkan pula Indonesia menduduki posisi 5 besar dengan
pengguna aktif sebanyak 47 juta, atau sekitar 14% dari seluruh total pengguna
ponsel.
http://www.republika.co.id/berita/koran/trentek/15/03/13/nl524m19-orang-indonesia-bergantung-pada-smartphone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar