Nama :
Vica Haristantia
NPM :
17212568
Kelas :
4EA25
Kasus
– Kasus Dalam Hubungan Etika dan Budaya Perusahaan
1.1.
Etika Perusahaan Menyangkut Hubungan
a.
Perusahaan
dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan
perusahaan lain atau masyarakat setempat).
b.
Etika
kerja terkait antara perusahaan dengan karyawan.
c.
Etika
perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
1.2.
Faktor Utama Yang Dapat Menciptakan Iklim
Etika Dalam Perusahaan
a.
Terciptanya
budaya perusahaan secara baik.
b.
Terbangunnya
suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based-
organization).
c.
Terbentuknya
manajemen hubungan antar pegawai (employee relationship management).
1.3.
Iklim Etika Perusahaan Dipengaruhi Oleh Adanya
Interaksi Beberapa Faktor
a.
Faktor
kepentingan diri sendiri
b.
Keuntungan
perusahaan
c.
Pelaksanaan
efisiensi
d.
Kepentingan
kelompok
1.4.
Pengaruh Etika Terhadap Budaya Perusahaan
Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang
terinternalisasi dalam budaya perusahaan, maka akan berpotensi menjadi dasar
kekuatan perusahaan dan akhirnya akan berpotensi menjadi stimulus dalam
peningkatan kinerja karyawanu Etika seseorang dan etika bisnis adalah satu
kasatuan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya, keduanya saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku antar individu
maupun kelompok, yang kemudian menjadi perilaku organisasi yang akan
berpengaruh terhadap budaya perusahaan.
1.5.
Kasus – Kasus Dalam Hubungan Etika dan Budaya
1.5.1. Disney
in France
Disney sebagai perusahaan yang mengembangkan
konsep taman hiburan dalam bisnisnya telah berhasil meraih keuntungan di
Amerika Serikat dan Jepang. Langkah selanjutnya yang dilakukan Disney adalah
mencoba memasuki pasar Eropa, dalam hal ini Paris sebagai target utamanya.
Mengapa Paris yang dijadikan kota yang akan dibangun taman hiburan berikutnya? Mengapa
tidak memilih kota yang lain? Disney berargumen bahwa Paris dipilih karena
beberapa alasan, pertama sekitar 17 juta orang Eropa tinggal kurang dari dua
jam perjalanan menuju Paris, dan sekitar 310 juta dapat terbang ke Paris pada
waktu yang sama. Kedua, besarnya perhatian pemerintah kota Paris yang
menawarkan lebih dari satu milyar dollar dalam berbagai insentif, dan
ekspektasi bahwa proyek ini akan menciptakan 30000 lapangan pekerjaan. NAMUN
APA YANG TERJADI ?
Dalam pelaksanaannya, Disney menghadapi
beberapa masalah antara lain berupa boikot acara pembukaan oleh menteri
kebudayaan Perancis dan kegagalan Disney untuk memperoleh target pengunjung
yang datang dan pendapatan yang diharapkan. Mengapa ini terjadi ? Hal ini
disebabkan karena Disney kesalahan asumsi terhadap selera dan pilihan dari
konsumen di Perancis. Ini disebabkan karena perbedaan budaya. Disney menganggap
pola budaya perusahaan yang telah berhasil dijalankan di Amerika Serikat dan
Jepang akan berhasil pula di Perancis, ternyata tidak.
Contoh :
1.
Kebijakan
Disney untuk tidak menyediakan minuman alkohol di taman hiburan berakibat buruk
karena di Paris sudah menjadi kebiasaan untuk makan siang dengan segelas wine.
2.
Asumsi
bahwa hari Jumat akan lebih ramai dari hari Minggu, ternyata berkebalikan.
3.
Disney
tidak menyediakan sarapan pagi berupa bacon dan telur seperti yang dinginkan
oleh konsumen, tapi malah menyediakan kopi dan Croissant.
Begitu juga dengan model kerja tim yang
diterapkan, Disney mencoba menerapkan model kerja tim yang serupa dilakukan di
USA dan Jepang, yang tidak dapat diterima oleh karyawan Disney di Paris. Juga
kesalahan perkiraan Disney bahwa orang Eropa akan menghabiskan waktu lama di
taman, ternyata keliru. Kegagalan dan kesalahan pola budaya perusahaan yang dilakukan
Disney di Paris, disebabkan oleh adanya kesalahan penafsiran budaya. Disney
beranggapan bahwa apa yang diterapkan dan sukses di USA dan Jepang akan sukses
pula di Perancis. Disney seharusnya mengadakan riset dahulu tentang bagaimana
budaya orang Perancis agar pola budaya perusahaan dapat disesuaikan dengan
kultur setempat dan diterapkan di Perancis. Dan setelah Disney merubah strateginya yaitu dengan merubah
nama perusahaannya menjadi Disney Land Paris, merubah makanan dan pakaian yang
ditawarkan sesuai pola budaya setempat, harga tiket dipotong sepertiganya,
terbukti jumlah pengunjung Disney di Paris mengalami kenaikan.
1.5.2. Order
Daging Sapi
Seorang pelaku perusahaan dari Amerika
mendapat order daging sapi dari pelaku usaha lain asal Indonesia. Sebagaimana
diketahui, sebagian besar warga Indonesia merupakan penganut agama Islam. Jadi
masalah daging sapi tidak hanya berhubungan dengan standar kesehatan, tapi juga
berkaitan dengan proses penyembelihan hewan ternak yang harus sesuai dengan
syariah. Padahal di Amerika sendiri, proses penyembelihannya tidak pernah
memikirkan urusan tersebut. Perbedaan budaya serta cara pandang seperti ini
mengakibatkan order yang sebenarnya sudah disetujui oleh kedua belah pihak bisa
menjadi batal bahkan berujung pada gugatan. APA YANG HARUS DILAKUKAN ?
Untuk mengatasinya, sebelum perjanjian jual
beli daging sapi tersebut dibuat seharusnya juga dicantumkan bahwa pengusaha
dari Amerika harus bisa mendatangkan daging sapi yang proses penyembelihannya
dilakukan sesuai dengan syariah Islam. Selain itu harus melibatkan lembaga yang
memiliki kewenangan untuk mengeluarkan sertifikat halal. Saat ini kasus bisnis
internasional seperti yang disebut di atas memang sudah jarang terjadi. Tapi
masih banyak sengketa lain yang sumber masalahnya berhubungan dengan budaya dan
adat yang berbeda di masing-masing negara.
1.5.3. Nissan
Motor Indonesia
Sebuah PMA yang dimiliki oleh Nissan Motor
Co. Ltd. NISSAN WAY adalah budaya organisasi yang dimiliki oleh Nissan sebagai
tolak ukur dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang diharapkan dari karyawan
Nissan dalam melakukan pekerjaan. Mengapa perlu NISSAN WAY ? Karena setiap karyawan
mempunyai kepentingan dan pemikiran yang berbeda-beda. Hal ini bisa menimbulkan
konflik di dalam organisasi, sehingga akan berakibat melemahkan organisasi itu.
Dengan adanya NISSAN WAY diharapkan semua pemikiran akan menjadi sama.
Di dalam NISSAN WAY terdapat yang disebut
sebagai MINDSET dan ACTION. Di dalam MINDSET terkandung 5 unsur :
Cross-functional & Cross-cultural, Transparent, Leaner, Frugal, dan Competitive. Sedangkan di dalam ACTION
terkandung 5 unsur : Motivate, Commit & Target, Perform, Measure, dan
Challenge. Sehingga di dalam beraktifitas setiap karyawan harus berpedoman dan
menerapkan 5 unsur MINDSET dan 5 unsur ACTION.
http://www.slideshare.net/fathiyahfenny/etika-bisnis-dan-budaya